selamat membaca

jika tidak bisa berbuat dengan tindakan, cukuplah dengan lisan. pun lisan tak bisa berkata..., mudah mudahan tulisan bisa mewakilkan..

quote

Orang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. tapi mereka yang menyadari kesalahan lalu membuat segalanya lebih baik, pantas disebut orang baik.

misteri Bidadari


BIDADARI..!!

mendengar kata ini, siapa yang tidak tertarik. sosok yang begitu di idam idamkan dan sangat misterius, hingga membayangkan akan kecantikan parasnya pun manusia tak akan sanggup. kedudukan nya bagi maklum mulia di syurga seperti yang di janjikan oleh Allah, untuk sementara ini adalah sebagai kabar yang menggembirakan bagi pria -pria sholeh.

Dalam tradisi Jawa, bidadari yang juga disebut hapsari, juga disebut widodari, sedangkan dalam bahasa Bali, bidadari atau apsari dikenal dengan sebutan widyadari atau dedari. Istilah widodari dari Jawa dan widyadari / dedari dari Bali, berasal dari kata vidhyadhari dalam bahasa Sanskerta. Vidhya berarti "pengetahuan", sedangkan dharya berarti "pemilik", "pemakai" atau "pembawa". Istilah Vidhyadhari tersebut kemudian dikenal sebagai "bidadari" dalam bahasa Indonesia modern.Orang Sunda menyebut bidadari dengan nama Pohaci. Dalam agama Hindu dan Buddha, mereka lebih dikenal sebagai apsara.

Gambar bidadari ditemukan dalam beberapa kuil/candi dari zaman Jawa Kuno, sekitar masa Dinasti Sailendra sampai kerajaan Majapahit. Biasanya gambar mereka tidak ditemukan sebagai motif penghias, namun sebagai ilustrasi sebuah cerita dalam wujud relief, contohnya di Borobudur, Mendut, Prambanan, Plaosan, dan Penataran.alam bahsa Sanskerta bidadari adalah : विध्यधरी ; vidhyadharī) atau Apsara pengertiannya adalah makhluk berwujud manusia berjenis kelamin wanita yang tinggal di kahyangan atau surga dalam kepercayaan Hindu. Tugas dan fungsi mereka adalah menjadi penyampai pesan para dewa kepada manusia, sebagaimana para malaikat dalam kepercayaan Semit. Ada kalanya mereka diutus untuk menguji sejauh mana ketekunan seseorang (pria) dalam bertapa, dengan cara mencoba membangunkan para petapa dari tapa mereka. Para bidadari memanfaatkan kecantikan fisik mereka untuk menguji para petapa.


Di Borobudur, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang cantik, dan digambarkan dalam posisi berdiri maupun terbang, biasanya memegang teratai yang mekar, menaburkan daun bunga, atau menenun pakaian kahyangan yang mampu membuat mereka terbang. Candi Mendut di dekat Borobudur menggambarkan sekelompok dewata, makhluk sorgawi yang beterbangan di kahyangan, termasuk bidadari.

Gambar bidadari ditemukan dalam beberapa kuil/candi dari zaman Jawa Kuno, sekitar masa Dinasti Sailendra sampai kerajaan Majapahit. Biasanya gambar mereka tidak ditemukan sebagai motif penghias, namun sebagai ilustrasi sebuah cerita dalam wujud relief, contohnya di Borobudur, Mendut, Prambanan, Plaosan, dan Penataran. Di Borobudur, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang cantik, dan digambarkan dalam posisi berdiri maupun terbang, biasanya memegang teratai yang mekar, menaburkan daun bunga, atau menenun pakaian kahyangan yang mampu membuat mereka terbang. Candi Mendut di dekat Borobudur menggambarkan sekelompok dewata, makhluk sorgawi yang beterbangan di kahyangan, termasuk bidadari.

Secara tradisional, bidadari digambarkan sebagai wanita kahyangan yang menghuni sorga Dewa Indra (Jawa: Kaéndran). Mereka dikenal sebagai pelaksana tugas istimewa, yaitu dikirim ke bumi oleh Indra untuk merayu para pertapa yang mungkin dapat memperoleh kekuatan melebihi para dewa. Tema ini sering muncul dalam tradisi Jawa, misalnya Kakawin Arjunawiwaha, ditulis oleh Mpu Kanwa pada tahun 1030, selama masa pemerintahan Raja Airlangga. Kisah itu bercerita tentang Arjuna, yang sedang berusaha mengalahkan raksasa Niwatakawaca, mencoba bertapa dan bermeditasi. Maka dari itu, Indra mengirim beberapa apsara untuk mengujinya. Bagaimanapun juga, Arjuna dapat mengendalikan nafsunya dan kemudian memperoleh senjata sakti dari para dewa untuk mengalahkan sang raksasa.

Tradisi Hindu-Buddha di Jawa juga mempengaruhi Bali. Dalam tarian Bali, tema tentang wanita kahyangan sering muncul. Tarian seperti misalnya Sang Hyang Dedari dan Legong menggambarkan wanita kahyangan menurut cara mereka. Di keraton Kesultanan Mataram, tradisi menampilkan penari kahyangan dalam tarian masih tetap ada dan tetap bagus. Tarian Bedhaya di keraton-keraton Jawa menampilkan bidadari.

4 coment:

  1. tarecha mengatakan...
     

    ^_^ wiw bidadari... xixi, No Comment, Mbak punyaku masukkin linklove ya ^_^

  2. tarecha mengatakan...
     

    ^_^ wiw bidadari... xixi, No Comment, Mbak punyaku masukkin linklove ya ^_^

  3. Anonim mengatakan...
     

    bidadari wajah dan hatinya

  4. visitprobolinggo.com mengatakan...
     

    Bidadari itu cantik apa ganteng see

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent